JOMBANG- Lamanya vakum kepengurusan definitive Pengurus Wilayah (PW)
Gerakan Pemuda (GP) Ansor Jawa Timur membuat kader kadernya yang selama ini
aktif berkiprah di daerah greget ingin tampil mengisi kekosongan nahdkoda Ansor
Jatim. Deretan nama kader tangguh yang sudah familiar diantaranya adalah mantan
Ketua PW Ansor Jatim, Abid Umar Faruq
akrab disapa Gus abid, Ahmad Ghufron Siradj pengurus lembaga Baanar (Badan
Ansor anti Narkoba PW GP Ansor Jatim), Abdul Wahab Yahya lebih akrab dipanggil
Gus Wahab (Ketua Rijalul Ansor Jatim), Gus
Safiq Sauqi (Ketua PC GP Ansor Tuban), Husnul Hakim Syadad Ketua PC GP Ansor
Malang, Gus Latief Malik (Pengurus Rijalul Ansor PP GP Ansor) dari Jombang.
Banyaknya
bermunculan kader Ansor Jatim yang ingin maju berkhidmat ini membuktikan
bahwa masih banyak stock kader Ansor di Jatim. Wacana pemilihan secara aklamasi
tidak sejalan dengan kondisi riil di lapangan. Sejalan dengan hal itu, Pengurus
Pusat (PP) Gerakan Pemuda (GP) Ansor
mendorong Konferensi Wilayah (Konferwil) di Jatim dapat memberikan lebih dari
satu calon Ketua. Apabila hanya ada satu calon, PP Ansor menilai bahwa hal itu
menjadi sebuah kemunduran.
"Aneh lah kalau sampai muncul
calon tunggal. Seharusnya, tidak ada monopoli kepemimpinan, Mengingat, organisasi
pemuda milik Nahdlatul Ulama ini memiliki banyak calon pemimpin yang mumpuni." kata Wakil Sekjen PP GP Ansor, Ahmad Hadinudin di Surabaya.https://surabaya.tribunnews.com/2019/03/21/pengurus-pusat-minta-pilihan-ketua-gp-ansor-jatim-hindari-calon-tunggal-ini-alasannya
Ia lantas menyebut beberapa kriteria calon Ketua yang layak
memimpin Ansor di Jatim. Menurutnya, pemimpin kedepan harus mampu menaungi
kader Ansor yang berlatar belakang keilmuan secara mumpuni. Mulai dari para
santri berlatar belakang pondok pesantren hingga para doktor.
Kedua, kandidat tersebut harus memiliki
tingkat kemampuan dan pemahaman keagamaan yang kuat. Mengingat, Ansor juga
melahirkan tokoh agama, atau kyai besar.
"Salah satunya bisa baca dan memahami isi kitab
kuning, memiliki jaringan networking yang bagus," kata Hadinudin. Syarat
ketiga, harus mampu melahirkan jiwa wirausaha untuk membangun kemandirian kader
Ansor. Sehingga, bisa bekerja dan bergerak dengan mandiri tanpa menunggu
support dan bantuan anggaran dari pihak lain.
"Yang paling penting, Ketua Ansor Jatim harus
independen dan netral. Pada intinya, kalau calon itu merasa diatasi angin,
merasa kuat, merasa memenuhi syarat, mengapa harus memaksa adanya calon
tunggal?" katanya.
Meskipun demikian, pihaknya menilai bahwa
keberadaan calon tunggal di Konferwil tidak menyalahi aturan.
"Ya gak apa-apa dan sah-sah saja dalam berpolitik.
Namun, seharusnya jangan memaksa dan melakukan tekanan-tekanan pada
cabang," imbuhnya.
Dari beberapa kreteria tersebut menurut AH. Hamdah yang
pernah aktif di Ansor, nama Gus Latief
Malik dari Tambakberas Jombang sangat layak untuk maju sebagai nahkoda Ansor
Jatim. Modal managerial kepemimpinannya dilalui dari dasar, mulai ranting
sampai pusat, begitu juga pelatihan kadernya hingga jenjang PKN pernah ia
tempuh. Mobilitas gus Latief untuk ngopeni Ansor luar biasa tinggi, maka
akan sangat mampu membawa Ansor Jatim lebih baik. Sebagai pengurus PP Rijalul Ansor
gus Latief ikhlas keliling Indonesia untuk mendakwahkan dan menghidupkan
Rijalul Ansor. Kapasitas keilmuan agama dan penguasaan ilmu alatnya tidak diragukan
lagi, maklumlah karena ia alumnus Pondok Al Anwar Sarang dan kuliah di Syria.
Suksesi Ansor Jatim akan dilaksanakan dalam forum Konferwil (Konferensi Wilayah) GP.
Ansor Jatim yang akan digelar pada 28 Juli 2019 di Pond. Pest. Sabilurrosyad
Malang. Sementara Pra Konferwil akan digelar di Pond. Pest. Bumi Sholawat
Sidoarjo pada 21 Juli 2019 yang akan datang. (www.bherenk.com)