![]() |
Gambar hanya pemanis saja |
Catatan AH. Hamdah
Bagian 1
Organisasi besar seperti Muhammadiyah, NU sudah lazim mempunyai aset banyak (besar), unit usahanya macam macam, sebab anggotanya juga banyak, logis.
Pengelolaan aset dan unit usaha bagi sebuah organisasi bukan milik perorangan itu memang tidak mudah sebab kalau dalam organisasi ada batasan dalam menjabat, ada periode pergantian pengurus. Meskipun ada pergantian pengurus induk diharapkan unit usaha dan aset ini tetap aman dan bisa terus berjalan dalam menunjang jalannya organisasi, dan tetap miliknya organisasi tidak diprivatisasi.
Nah, dalam etape inilah seringkali tantangan itu muncul dan mejadi polemik sebuah organisasi, tidak hanya Muhammadiyah dan NU saja, tapi organisasi lain yang mempunyai aset dan bentuk usaha yang besar kalau terjadi pergantian pengurus induk organisasinya sering terjadi polemik karena yang bagian "Ngurus" aset dan badan usahanya tidak mau diganti. Privatisasi aset dan badan usaha dilakukan oleh pengurus lama dengan berbagai cara dan upaya seakan aset dan badan usahanya itu milik personal.
Catatan saya akan dimulai dengan RSIA Muslimat yang berada di jalan Uripsumoharjo Kepatihan Jombang. Konon RSIA itu milik organisasi besar yaitu PC Muslimat NU Jombang terbukti dulu namanya ada embel embelnya Muslimat serta pengurus RSIA mayoritas juga pengurus Muslimat NU.
Cikal bakal RSIA namanya Darul Wiladah tahun 1969 kemudian berubah menjadi BKIA dan akhirmya berubah menjadi RSIA. Awal pendirian RSIA ini sangat bermanfaat bagi anggotanya jika warga atau anggota Muslimat berobat atau melahirkan dapat diskon hingga 20% ini sangat bermanfaat bagi anggotanya.
Sepertinya kini RS ini sudah berganti pemilik, atau pemegang saham mayoritasnya sudah tidak dikuasai lagi oleh Muslimat NU Jombang, dengan indikator diskon atau potongan biaya untuk warga Muslimat yang berobat sudah tidak lagi ada, serta banyaknya tenaga kesehatan atau tenaga kebersihannya yang berpakaian tidak bercirikan warga NU (perlu tabayun).
Bagaimana dengan jariyah para anggota Muslimat, donatur, wakif, saat pendirian RS ini, waallahu a'lam.
Rumah Sakit Islam (RSI) yang terletak di jalan Brigjend Kertarto desa Sambongdukuh Jombang juga bernasib hampir sama dengan RSIA Muslimat NU. RSI konon didirikan oleh warga Jombang yang telah berangkat haji mereka membentuk organisasi Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI).
Pada tahun 1991 IPHI ini mendirikan balai pengobatan atau semacam klinik kesehatan sebagai unit usaha. Pada tahun 1998 Balai Pengobatan ini berubah menjadi RSI ditandai dengan semakin banyaknya jumlah pasien dan fasilitas yang memadai.
Konon saat ini RSI saham mayoritasnya juga sudah dijual pihak lain dengan indikator logo RSI yang awalnya identik dengan logo IPHI kini berubah menjadi logo semacam bulan sabit, mengingatkan dengan organisasi kesehatan internasional, semoga ini tidak sama. Namun lagi lagi bagaimana dengan jariyah para donatur dan wakifnya, wallahu a'lam.
Rumah Sakit Nahdlatul Ulama (RSNU) ini adalah unit usaha yang sangat didambakan warga NU Jombang, dengan harapan mendapatkan pelayanan prioritas serta terjangkau (baca, murah biaya) dalam hal kesehatan.
Sekira tahun 2008 peletakan batu pertama RS ini oleh para masyahikh Jombang waktu itu, yang penulis ingat Kyai Nasir Abdul Fatah, Kyai Masduki Alhafidz turut rawuh saat itu.
Tiga hingga empat tahun kemudian berdirilah bangunan utama RSNU yang terletak di jalan Hasyim Asyari Ceweng Diwek Jombang.
Besarnya anggaran pembangunan RSNU mengharuskan pengurus NU saat itu berupaya maximal untuk mencukupi dana yang dibutuhkan. Mulai iuran warga NU masing masing ranting hingga menjual saham. Konon pendirian awal RSNU saham mayoritas dimiliki PCNU 65% sebagai induk organisasinya sisanya 35% milik warga NU.
Pertanyaan apakah RSNU Jombang berkembang? hal ini banyak yang bertanya, karena bukan "orang dalam" maka saya selalu jawab, wah cobak tanya pak RT.. hehehe.. nada gurau. Kalau dilihat indikator "dhohir" bahwa RSNU semakin besar bangunannya, semakin banyak fasilitasnya dan semakin modern peralatannya maka bisa diambil asumsi bahwa RSNU berkembang dan semakin maju.
Kini tahun 2024, RSNU konon kepemilikan sahamnya ada perubahan, yang awalnya mayoritas dimiliki organisasi induknya yaitu PCNU Jombang kini sudah dimiliki secara personal. Kekhawatiran saham jatuh pada warga non nahdliyyin perlu diantisipasi.
Pergantian pengurus induk organisasi yaitu PCNU Jombang tidak menyurutkan mereka yang duduk pada posisi strategis di RSNU untuk undur diri atau ikhlas diganti. Jargon berkhidmat di NU hanya sebatas lips service belaka, terlalu kentara keinginan privitasisi unit usaha RSNU secara sistemik begitu nyata, pun sama dengan BMTNU Jombang.
wallahu a'lam.
Dengan kondisi seperti itu apakah ada solusi bagi organisasi induknya agar unit usaha tersebut untuk tetap dipertahankan? ya mudah saja.
bersambung...